Adanya harapan yang tidak tercapai terkadang membuat seseorang rentan terkena depresi. Terutama pada remaja yang memang masih dalam fase pembentukan konsep diri. Perlunya dukungan sosial dalam sebuah lingkungan juga akan sangat mempengaruhi bagaimana konsep diri pada remaja akan terbentuk. Menurut horluck, remaja mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Menurut Hall, masa remaja adalah masa badai dan stres yaitu masa yang penuh pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan perubahan suasana hati, berbagai pikiran, perasaan, dan tindakan yang berubah-ubah. Bahwa tugas utama dari masa remaja adalah menghadapi krisis dari identitas. Disinilah dimana peran penerimaan diri dan dukungan sosial begitu dibutuhkan. Banyaknya masalah yang kerap terjadi dalam fase remaja sering kali salah ditanggapi. Berikut 9 masalah remaja yang umumnya terjadi.
- Masalah penampilan
- Masalah akademis
- Masalah dengan orang terdekat
- Bullying atau perundungan
- Masalah percintaan dan aktivitas seksual
- Kecanduan gawai
- Tekanan dari teman sebaya
- Rokok dan minuman keras
- Obesitas
Seringkali masalah-masalah tersebut membuat para remaja tak dapat mengontrol emosi mereka. Masa remaja sering dikaitkan dengan emosi yang tidak stabil. Pada masa tersebut, remaja mungkin akan mudah marah padahal tidak ada penyebab yang jelas.
Remaja terbilang labil dan sedang dalam pencarian jati diri menuju dewasa. Beberapa perilaku kemarahan tersebut akan berhenti hingga dirinya menemukan penyebab kemarahannya yang akan meredakan emosinya sendiri. Walau begitu, umumnya penyebab remaja mudah marah adalah karena perasaan emosi dan kejadian yang sedang terjadi, bukan dari perilaku. Beberapa hal yang menjadi penyebab remaja mudah marah.
- Merasa Ditindas
- Depresi
- Perasaan Cemas
- Kebingungan secara Sosial
- Pubertas
Remaja memang menghadapi banyak masalah emosi pada tahap ini. Dirinya akan menghadapi pertanyaan mengenai identitas, hubungan, tujuan, hingga perpisahan. Ketika menghadapi masalah-masalah tersebut tentunya dibutuhkan penerimaan diri yang baik. Menurut Chaplin, penerimaan diri merupakan sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat- bakat sendiri dan pengakuan akan keterbatasan sendiri.
Penerimaan diri menurut Arthur adalah sebuah sikap seseorang menerima dirinya. Terlepas mampunya seorang remaja dalam menerima dirinya, sebuah dukungan sosial juga teramat dibutuhkan dalam membentuk sebuah konsep diri yang baik. Disini peran orang tua juga sangat penting terkait pola asuh yang diberikan. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapi dan mengontrol amarah remaja.
- Saat ia marah, usahakan tetap berada di dekatnya
- Jangan ajak diskusi saat emosi
- Coba berempati dengan situasi
- Ketika mereka sudah tenang, saatnya kita berbicara
- Perbaiki situasi bersama-sama.
Setelah mengerti bagaimana cara menghadapi remaja ketika marah, diharapkan kita sebagai orang terdekat juga mampu membentuk sebuah konsep diri yang positif dengan cara memberikan support yang cukup. Islam mengajarkan agar berpandangan positif terhadap diri, karena manusia mempunyai derajat yang lebih tinggi dari makhluk yang lain. Sebagaimana di sebutkan dalam firman Allah dalam (Qs. At Taghabun. 64 :16): yang artinya: “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu dan barang siapa yang di pelihara dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung”.
Dalam ayat di atas di jelaskan bahwa Allah mengetahui keterbatasan kita sebagai manusia dan dalam keterbatasan yang kita miliki. Jika, kita sudah mengetahui kadar kemampuan diri, kita bisa memposisikan diri dengan tepat dalam berbagai kehidupan dan dalam bermasyarakat. Ibnul Qayyim mengatakan bahwa ada 2 pengetahuan yang terpenting, yakni: ma’rifatullah dan ma’rifatunnafs. Artinya, mengetahui Allah berarti mengetahui tujuan hidup, begitu pula dengan mengetahui diri sendiri, mengetahui diri sendiri mengantarkan kita agar sampai kepada tujuan yang kita inginkan. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga bersabda yang artinya: “Allah merahmati seseorang yang mengetahui kadar kemampuan dirinya”.
Maka sesungguhnya agama telah mengatur hal-hal yang berkaitan dengan manusia dengan sangat baik seperti yang diterangkan dalam al-quran. Kemudian apa saja tips yang bisa kita lakukan dalam membentuk konsep diri yang positif? Berikut beberapa tips dari situs Mindful ini dapat dilakukan untuk membangun konsep diri yang positif pada remaja:
- Melakukan aktivitas fisik
Remaja mulai sadar akan penampilan dan bentuk tubuhnya. Olahraga, paskibra, menari dapat membuatnya lebih sehat dan percaya diri.
- Cintai diri sendiri
Jangan selalu membandingkan diri dengan orang lain. Sebaliknya, terimalah kekurangan diri, beri apresiasi diri sendiri jika telah berusaha maksimal.
- Fokus pada kelebihan
Menemukan minat dan bakat dapat membuat remaja memiliki konsep diri yang positif. Lakukan aktivitas yang dapat mengasah minat tersebut.
- Membantu orang lain
Membantu orang lain yang tidak dikenal, termasuk aktif dalam gerakan kemanusiaan dan lingkungan, membuat remaja merasa memiliki dampak positif di luar diri mereka sendiri.
Itulah beberapa yang perlu dilakukan para remaja dalam membentuk konsep diri yang positif. Konsep diri adalah semua persepsi kita tentang aspek diri kita, seperti aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain. Dalam proses pembentukan konsep diri pada remaja, sangat diperlukan penanaman nilai-nilai Islami.
Dengan penanaman nilai-nilai Islami, konsep diri yang positif dapat terbentuk dalam benak remaja. Dukungan keluarga sangat berperan dalam pembentukan konsep diri remaja, dimana keluarga yang menjalin komunikasi secara baik antara orang tua dan anak dapat membentuk konsep diri yang positif.
Penulis: Onica Sari
Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta
Konsentrasi Psikologi Pendidikan Islam